3 Hari di Hanoi: My First Solo Trip, Day 1
Tepat 2 minggu sebelum berangkat, tiket dibeli dengan
perasaan campur aduk. Excited and anxious at the same time. Senang, bersemangat, dan penasaran karena akan melakukan perjalanan sekaligus khawatir dengan
bayangan akan mendapat kesulitan yang sukar diselesaikan tanpa teman;
kehilangan handphone, uang, sekaligus paspor misalnya. Dan di Vietnam pula; negara yang tidak pernah masuk dalam bucket-list, tidak pernah diperbincangkan dengan siapapun, dan tidak pernah terlintas dalam benak untuk didatangi. Sendirian.
Airport
Semua perasaan khawatir dan gelisah hilang di hari pertama tiba di Hanoi. Berawal dari saat pesawat hampir landing, bandara yang dikelilingi pesawahan bikin perasaan jadi kayak lagi pulang kampung. Bandara juga sepi, tidak perlu antri lama di Imigrasi. Mirip dengan suasana di Bandara Sultan Iskandar Muda, kan.
Sepi (1) |
![]() |
Sepi (2) |
Beli dan aktivasi paket internet di bandara mudah, cuma diminta paspor dan difoto sama petugas counternya. Diantara 4 paket yang ditawarkan, pilihan saya jatuh pada Vinaphone. Dengan harga 13 USD dapat kuota internet 4GB perhari selama 2 minggu dan panggilan telepon lokal 50 menit. Memang agak mahal, tapi itu sudah pilihan terbaik dibandingkan yang lainnya.
![]() |
Jaringan 4G dan sinyalnya cukup stabil |
Menukarkan uang adalah kebahagiaan pertama di Hanoi, $100 dapat Rp. 2.324.000, untuk pertama kalinya merasa kaya di luar negeri.
Transportasi ke City Centre
Pilihannya tidak terlalu banyak; hanya ada bus, taksi argo, taksi online, dan taksi gelap untuk yang ingin uji nyali. Saya naik bus nomor 86 dan bayar cash 35.000 Dong (Rp. 22.200) di dalam bus.
![]() |
Saya menunjukkan foto ini kepada supir taksi, dan diantar sampai ke tempat busnya berhenti. Ramah sekali. (Foto: Google Image) |
Sewaktu membayar, sebaiknya langsung nunjukin alamat penginapan ke kernetnya biar dikasih tahu harus turun di titik mana. Kalau menyesuaikan stop point dengan jumlah mobilnya berhenti, bakalan bingung karena bus juga bisa berhenti kapan saja sesuai permintaan penumpang. Turun dari bus, handphone mati karena kehabisan baterai. Syukurnya ketemu dengan Fujiko Morri & Jean-michel Biffot yang hotelnya searah dan diantarin sama mereka sampai hostel, senangnya.
Penginapan
Menginap di Luxury Backpackers, pesan melalui Traveloka. Lokasinya masih di sekitar Old Quarter dan mudah kalau mau kemana-mana. Resepsionis dan hotel crewnya helpful, kooperatif, dan informatif. Kamarnya walaupun dormitory tapi nyaman, dingin, bersih, dan tenang.
Gerimis yang mengguyur Hanoi sejak saya mendarat tidak kunjung berhenti. Melihat prakiraan cuaca di aplikasi Weather, gerimis akan terus turun sampai tengah malam. Saya mulai pesimis, tetapi juga tidak rela kalau waktu saya yang hanya 3 hari terbuang begitu saja. Setelah istirahat selama kurang lebih 2 jam, hal pertama yang dilakukan adalah jalan kaki keluar masuk lorong dan jalanan di sekitar hostel. Supaya tidak asing dengan daerah sekitar kalau besok-besoknya pulang malam.
![]() |
Hanoi setelah hujan |
![]() |
Banyak pengguna motor seperti di Indonesia |
![]() |
Beli Mangga dan Peach-mini |
Hujan mulai reda, perut sudah keroncongan. Saatnya menikmati Pho Bo, sop khas Vietnam. Rasanya enak sekali, dan menurut bapak-bapak yang makan semeja dengan saya, begitulah rasa pho yang authentic, ringan dan bikin ketagihan. Lambung aman, perjalanan dilanjutkan dengan mencari kantor travel yang menjual paket 1 Day Tour Halong Bay. Sebenarnya dari hotel juga udah ditawarin paket Halong Bay dengan berbagai tarif; mulai dari 25 USD sampai dengan 60 USD, tapi tetap ingin banding-bandingin dulu. Akhirnya beli di counter The Sinh Tourist dengan harga 850.000 Dong (36.55 USD), dilayani oleh Miss Rose yang bilang bahwa itu udah harga spesial. Besoknya saya konfirmasi ke beberapa peserta lain di group yang sama, di antara mereka ada yang membeli dengan harga 40 USD dan ada juga yang 45 USD.
![]() |
Kantor The Sinh Tourist yang sudah eye-catching dari jauh |
Setelah magrib, hujan turun lagi dan semakin lama semakin deras. Padahal niatnya mau ke Hoan Kiem Lake, tempat warga Hanoi ngumpul-ngumpul kalau malam. Akhirnya turun ke lobby dan ngobrol-ngobrol dengan staf hostel. Malam semakin larut dan mata semakin berat, saatnya pulihkan energi. Besok ke Halong Bay!!
Comments
Post a Comment